Lalat atau Katak
Pertama-tama izinkan aku meminta maaf padamu, atas semua kesalahan yang barangkali tak pernah ku tahu ternyata itu salah dan menyakitimu. Lalu aku akan meminta maaf, pada dan bagi kita, dua orang yang barangkali belum benar-benar siap untuk menjalin hubungan, setelah banyak pengalaman pahit yang pernah kita alami masing-masing.
Jujur saja, sebenarnya kita tak pernah benar-benar ingin saling melepaskan bukan? Setidaknya aku tidak mau. Tapi aku pun paham barangkali jika kita meneruskan apa yang ternyata berjalan tak baik-baik saja ini, hanya akan saling menoreh luka yang lebih panjang dan dalam, hingga sulit untuk disembuhkan.
Aku selalu bertanya alasan bagaimana seseorang memutuskan bersama, tapi aku sadar bahwa semua itu tak pernah butuh alasan. Ada pemantik yang entah apa, yang ternyata membakar perasaan kita hingga akhirnya membuat kesepakatan untuk mencoba berjalan bersama, sekalipun kita sama-sama sadar, kita tak ingin sekedar coba-coba selayaknya kisah-kisah remaja.
Dalam perjalanan hidupku yang panjang namun singkat, kau hadir sebegai seberkah cahaya kecil nan terang, yang menyinari dan menghangatkan, namun tak sampai membakar. Kau hadir di sela-sela hidup yang rumit dan runyam, dan pelik, dan gelap, dan dingin. Kau mengiringiku berjalan perlahan, namun pasti.
Hingga akhirnya kita sadar bahwa diam dan bungkam tentang apa-apa yang kita alami ternyata lebih menghanyutkan. Aku yang tak ingin lagi bergantung pada siapapun lagi, termasuk kepadamu. Dan kau yang sejak awal memang sangat tangguh dalam menjalani hari-hari yang pelik dan melelahkan.
Kita terbiasa menyimpan semuanya sendiri, rapat-rapat dalam diam, karena kita takut saling menggantungkan dan mengandalkan, yang nyatanya, dan yang seharusnya memang dilakukan oleh sepasang kekasih. Kita masing-masing terlalu takut untuk merepotkan dan takut untuk kerepotan jika nantinya kita berpisah, di mana hal terakhir tak pernah kita bayangkan dan inginkan, sekalipun saat ini sudah terjadi.
Aku sadar perpisahan memang menyakitkan, berat untuk dijalani, susah untuk dilupakan sekalipun belum banyak kenangan diciptakan, tapi aku ingin perpisahan ini jadi salah satu perpisahan yang manis, yang bisa kita kenang dan kita ceritakan pada yang lain dengan senyum merekah dari bibir masing-masing, sekalipun, mungkin, hati masih getir.
Terakhir, kesempatan kita bersama masih ada, kita masih sama-sama menaruh perasaan untuk menjalani hari bersama, tapi kita paham bahwa ada mimpi dan cita yang harus diperjuangkan, sendirian. Aku akan selalu ada saat kau butuhkan, akan selalu mendoakan hal-hal baik padamu, pada cita dan mimpimu.
Barangkali kita hanya lalat capung yang hidup sehari-semalam hanya untuk bertelur dan meneruskan keturunan, sama seperti kita yang hanya bertahan dalam hubungan yang sikat namun berkesan dalam atau bisa jadi kita adalah katak kayu yang hibernasi panjang bahkan dianggap mati karena jantung dan peredaran darahnya terhenti, namun akan hidup kembali suatu hari nanti, di musim semi yang hangat, barangkali kita akan bersama kembali.