Tidur Saja Lagi!

Kalau memang pikiran dan perasaannya sedang kacau, coba tidur saja lagi, siapa tahu masih ada mimpi yang belum tuntas-tas-tas!

Vatqi Nur Rohman
3 min readSep 30, 2021
Photo by Inge Wallumrød from Pexels

Hari ini perasaan saya tidak baik-baik saja, seperti ada yang menganjal di dalam dada. Seolah-olah ada yang hilang, namun entah apa. Perasaan itu sesak, membuat cemas dan pada akhirnya waktu terbuang sia-sia, padahal ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan.

Sebenarnya tidak sekali dua kali perasaan seperti itu hinggap, cukup sering namun lagi-lagi saya tak bisa menggunakan cara yang sama seperti sebelumnya untuk menemukan kepingan apa yang hilang dari dalam diri saya itu.

Padahal malam sebelumnya saya sudah menyusun rencana, pendek saja, mengelist-list pekerjaan yang harus diselesaian hari ini, pukul berapa harus seperti apa dan walau tidak rinci ada penjelasan-penjelasan kecil dari tiap kegiatan. Yah walau tak pernah benar-benar tercatat tapi apa saja yang saya pikirkan semalam selalu saya lakukan esoknya.

Namun kadang semua rencana itu berantakan, bukan karena ada halangan yang mengharuskan saya untuk tidak menjalankan rencana yang telah tersusun, tapi karena ada sesuatu yang hilang dari dalam diri saya. Dan bodohnya, saya harus menemukan itu terlebih dahulu baru bisa menjalankan rencana yang tersusun sebelumnya.

Hal-hal yang sebenarnya sering hilang ini sama-sama saja, suasana hati yang tiba-tiba saja malas melakukan sesuatu, semangat yang entah pergi jalan-jalan ke mana, atau mungkin motivasi yang meranggas dan tak diketahui juga penyebabnya.

Hal-hal tersebut remeh saja sebenarnya, banyak orang di luar sana meskipun suasana hati yang hancur masih saja bisa bekerja secara profesional, walau tak memiliki semangat yang tinggi tapi kegiatan masih berjalan dan walau tak punya secuil motivasi pun tetap melakukan sesuatu. Sayangnya itu tak berlaku pada saya, setidaknya pagi ini.

Namun sejak dulu saya mudah sekali untuk mengembalikan mereka, gampang saja, terkadang saya hanya perlu mandi, mengguyur seluruh badan yang mungkin memang perlu disegarkan. Bisa jadi saya hanya perlu berjalan-jalan sebentar di luar rumah, mencari hembusan angin dan siapa tahu saya menangkap hal-hal itu yang berterbangan.

Paling parah dan memakan waktu lama adalah saya terbiasa mencari sebuah tulisan untuk dibaca. Entah dari buku, website atau apapun yang bisa saya baca. Sayangnya pula, hari ini itu tidak berhasil. Saya sudah mencoba semuanya, mandi pagi, berjalan-jalan sebentar mencari angin, membaca banyak buku yang berbeda, membaca hampir semua isi blog yang baru saya temukan, apa saja sudah saya lakukan seperti biasanya. Namun tetap gagal.

Padahal pekerjaan yang saya rencanakan selesai hari ini tinggal menunggu hitungan jam saja untuk selesai tepat pada rencana saya. Sebelum saya harus pergi keluar mendampingi seorang anak belajar. Sialnya, memang saya terlalu mengikuti perasaan. Saya pernah bilang kalau saya adalah orang yang sentimental. Oleh sebab itu ketika hal-hal yang bisa saya lakukan gagal, pikiran dan perasaan saya akan bertambah kacau.

Saya menyalahkan diri sendiri lagi, kenapa tidak bisa menjalankan rencana sendiri. Saya menyalahkan angin hari ini yang tak sedingin kemarin, saya menyalahkan bak mandi yang dua hari belum saya bersihkan, saya menyalahkan diri sendiri karena bulan ini belum membeli buku baru.

Hingga akhirnya semua hal itu saya redam dengan umpatan-umpatan dalam dada. Saya paksa rebahkan badan dengan posisi seperti bayi dalam kandungan, di atas kasur kapuk tipis, di atas dipan berderit dan juga bantal guling bersarung apek karena selalu disiram oleh air surga yang menetes saat saya terlelap di atasnya.

Entah butuh berapa lama sampai saya terbangun, sembari mengingat-ingat rencana yang semalam saya susun. Saya meloncat dari dipan berderit, saya lemparkan guling yang saya peluk bak pasangan tercantik, menuju kursi plastik dan papan ketik laptop yang berhari-hari tak dimatikan.

Ternyata, solusinya hanya itu. Saya butuh tidur lebih panjang, lagi. Saya yang terjaga dari subuh buta, hingga dhuhur tiba, masih membayangkan di dunia mimpi. Tubuh sudah bergerak ke sana kemari tapi pikiran masih menginginkan menjelajah alam mimpi. Sial benar. Untung saya masih bisa menyesuaikan rencana yang tersusun semalam. Meski harus membatalkan beberapa janji pada diri sendiri.

--

--

Vatqi Nur Rohman
Vatqi Nur Rohman

Written by Vatqi Nur Rohman

Merdeka menulis, menyampaikan isi kepala dan jiwa. rajin menulis di instgram @lakurip serta semua karya dan kontak bisa ditemukan di linktr.ee/vatqi

No responses yet